Rabu, 02 September 2009

Menhan Juwono Sudarsono Jangan Bikin Sekolah Elit Tambah Elit



Nama: Juwono Sudarsono
Lahir: Ciamis, Jawa Barat, 5 Maret 1942
Jabatan: Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Bersatu
Alamat Kantor: Jalan Medan Merdeka Barat No.13-14 Jakarta Pusat, Telp. (021) 3458947
Alamat Rumah :Jalan Alam Asri VII No. 20, Pondok Indah, Jakarta Selatan 12310 Telepon (021) 75909878 Faksimile (021) 75910235


Sekarang di negara-negara maju ada keinginan supaya pendidikan tidak mengarahkan pada peningkatan mutu akademik di perguruan tinggi. Justru meningkatkan bantuan-bantuan pada golongan-golongan yang begitu tidak cemerlang. Jadi jangan bikin sekolah-sekolah elit tambah elit sehingga mutunya tinggi, tapi tidak produktif.

Hal itu dikemukakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Juwono Sudarsono, yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan, menjawab pertanyaan TokohIndonesia.com, 12/8/09, berkaitan , apa yang kurang pas dari kebijakan pendidikan Indonesia hingga saat ini.

Menurut Juwono, daripada membikin sekolah elit bertambah elit, lebih baik sekolah (pendidikan) diarahkan pada orang-orang biasa-biasa saja. “Karena mereka jumlahnya banyak. Mereka tertolong dan mereka ini yang kebetulan nyata-nyata menghadapi masalah digerakkannya ekonomi sektor riil,” kata Juwono.

Karena itu, tambah Menteri Pendidikan masa pemerintahan Habibie itu, sekarang pun, lebih baik seperti perguruan tinggi UI, ITB, UGM tidak menggebu-gebu tentang menghendaki perguruan tinggi kelas dunia. “Cukup word class saja nggak usah World Class. Word class saja yang bisa dokumen, itu saja konsentrasinya pada orang-orang banyak. Yang tidak terlalu brilian pikirannya, tapi lebih praktis memberi data,” kata Juwono.
Karena, menurutnya, orang-orang ini, menengah ke bawah, yang menjadi pemicu dari pergerakan dari sektor riil. “Dan untuk itu tidak perlu gelar-gelar akademik yang terlalu canggih, seperti professor, doktor. Saya juga agak segan memakai gelar akademik, karena sekarang banyak, prof, doktor yang gadungan,” katanya.

Juwono juga melihat tidak ada hubungan langsung antara tambahan anggaran dengan kenaikan mutu pendidikan.

Keseimbangan Sejarah
Juwono Sudarsono hanya sekitar 18 bulan menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, saat menjabat Mendiknas itu, ia meminta masyarakat sejarawan Indonesia untuk merumuskan kembali penulisan sejarah Indonesia untuk SD dan SMP. Karena waktu itu, ada upaya untuk menempatkan kembali Bung Karno setelah berpuluh-puluh tahun dihilangkan dari kurikulum sejarah nasional. Sebaliknya, dengan itu ada pula keinginan untuk menghitamkan peranan Pak Harto.

“Jadi, saya katakan pada Anhar Gonggong dari Direktorat Seni dan Sejarah Tradisional bersama beberapa teman dari MSI (Masyarakat Sejarah Indonesia), untuk merumuskan kurikulum tingkat SD dan SMP satu sejarah nasional yang berimbang. Supaya tokoh-tokoh nasional ini tidak saling menenggelamkan. Jadi kalau Pak Harto ditenggelamkan untuk mengimbangi munculnya kembali kedudukan dan peranan Bung Karno, kita coba untuk berimbang,” katanya. ►ti/ms*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar