Rabu, 02 September 2009

Anton Soedjarwo (1930-1988) Mantan Kapolri 1983-1986

Mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) 1983-1986. Sebelum menjabat Kapolri, putra bangsa kelahiran Bandung, 21 September 1930, ini secara berturut-turut menjabat Kapolda Kalimantan Barat (1975-1977), Kapolda Sumatera Utara (1977-1978) dan Kapolda Metro Jaya (1979-1983). Dia wafat dalam usia 58 tahun pada Senin siang 18 April 1988 di di Rumah Sakit Polri Kramat Jati Jakarta Timur, setelah dirawat 45 hari karena menderita komplikasi beberapa penyakit.

Dalam pengabdiannya, Jenderal Polisi ini telah menerima 17 penghargaan (tanda jasa), di antaranya: Kesatria Tamtama RI, Pahlawan Gerilya, SL. Perang Kemerdekaan I & II, Satya Lencana (SL) G.O.M. III s/d VI, Bintang Bhayangkara I & II, SL. Kemerdekaan 45, SL. Bhakti Karya, SL. Kesetiaaan 24 Tahun, SL. Satya Dharma, SL. Yana Utama, SL. Prasetya Panca Karsa, SL. Sapta Marga, SL. Wira Dharma, SL. Penegak, SL. Dwidya Sistha, dan Bintang Maha Putra

Polisi bermotto kerja ini meniti karir mulai dari Staf Dit. Lantas di Pare, Kepala Polisi Palopo, Sul-Sel (1954), Ajudan Kepala Kepolisian Negara (1956), Kepala Polisi Lalu Lintas, Makassar (1956), Anggota Biro Organisasi Bagian Hubungan Luar Mabes Polri (1957), Dan Kompi 5995 Rangers Brimob, Jakarta (1959), Sekolah Ranger di Amerika (Tidak selesai), Tugas Pembebasan Irian Barat, Danyon 32 Menpor, Jakarta (1962), Dan Menpor, Jakarta (1964), Dan KP-3, Tanjungpriok (1971), Dan Resor 102, Malang (1972), Kapolwil Malang (1972-1974) dan Kapus Brimob (1974-1975).

Sejak kecil ia sudah bercita-cita menjadi polisi. Maka setelah menyelesaikan pendidikan SD di Cilacap (1945), SMP di Purworejo (1949) dan SMA di Magelang (1952), Anton masuk Sekolah Inspektur Polisi di Sukabumi dan lulus 1954.

Dia juga mengikuti Pendidikan Rangers SPMB, Porong (1960), Sekolah Infanteri Officer Orientation, Fort Benning, AS (1961) dan Susbanhan (1965). Kemudian mengikuti Pendidikan Para Dasar, Margahayu (1967) dan Seskoak RC IV di Lembang (1968) serta Pendidikan Jump Master, Sukabumi (1969).

Saat mulai menjabat Kapolri, instansi itu baru mendapat wewenang dan tanggung jawab sebagai penyidik tunggal sesuai dengan hukum acara pidana (KUHAP). Dia pun menata arah pembangunan organisasi jangka panjang Polri, menuju postur polisi yang terampil, tangguh, tanggap, berwibawa, dicintai rakyat, dan mampu melaksanakan tugasnya.

Kemduian dilakukan reorganisasi Polri, Juni 1985. Organisasi staf umum diubah menjadi direktorat. Reorganisasi ini juga dimaksudkan membenahi penampilan polisi agar tidak berpenampilan seperti militer.

Anton berusaha keras mengubah citra polisi. Dia menindak sejumlah polisi yang menyalahgunakan wewenang pada saat bertugas.

Selain memusatkan perhatian dan kegiatan pada tugas sebagai polisi, Anton juga menyelinginya dengan hobi naik sepeda motor dan memelihara berbagai jenis hewan, antara lain, burung perkutut, beo, cucakrawa, jalak, nuri, beo, sampai burung dara, juga kuda, sapi perah, anjing dobberman dan kodok serta tikus putih.


Dia juga masih menyempatkan waktu mengurus bola voli sebagai ketua umum organisasi bola voli (PBVSI). ►e-ti/tsl, dari berbagai sumber, di antaranya Polda Metro Jaya dan PDAT

** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Nama:Anton Soedjarwo
Pangkat Terakhir
Jenderal Polisi
Lahir:Bandung, 21 September 1930
Wafat: Jakarta, 18 April 1988
Agama:Islam
Motto Kerja:REKONFU

Pendidikan:
:: SD, Cilacap (1945)
:: SMP, Purworejo (1949)
:: SMA, Magelang (1952)
:: Sekolah Inspektur Polisi, Sukabumi (1954)
:: Pendidikan Rangers SPMB, Porong (1960)
:: Sekolah Infanteri Officer Orientation, Fort Benning, AS (1961)
:: Susbanhan (1965)
:: Pendidikan Para Dasar, Margahayu (1967)
:: Seskoak RC IV di Lembang (1968)
:: Pendidikan Jump Master, Sukabumi (1969)

Riwayat Penugasan
:: Staf Dit. Lanta di Pare
:: Kepala Polisi Palopo, Sul-Sel (1954)
:: Ajudan Kepala Kepolisian Negara (1956)
:: Kepala Polisi Lalu Lintas, Makassar (1956)
:: Anggota Biro Organisasi Bagian Hubungan Luar Mabes Polri (1957)
:: Dan Kompi 5995 Rangers Brimob, Jakarta (1959)
:: Sekolah Ranger di Amerika (Tidak selesai)
:: Tugas Pembebasan Irian Barat
:: Danyon 32 Menpor, Jakarta (1962)
:: Dan Menpor, Jakarta (1964)
:: Dan KP-3, Tanjungpriok (1971)
:: Dan Resor 102, Malang (1972)
:: 1972-1974 : Kapolwil Malang
:: 1974-1975 : Kapus Brimob
:: 1975-1977 : Kapolda Kalimantan Barat
:: 1977-1978 : Kapolda Sumatera Utara
:: 1979-1983 : Kapolda Metro Jaya
:: 1983-1986 : Kapolri

Kegiatan Lain:
:: Ketua Umum PBVSI

Tanda-Tanda Jasa
1. Kesatria Tamtama RI
2. Pahlawan Gerilya
3. SL. Perang Kemdkaan I & II
4. SL GOM III s/d VI
5. Bintang Bhayangkara I & II
6.
7. SL. Kemerdekaan 45
8. SL. Bhakti Karya
9. SL. Kesetiaaan 24 Tahun
10. SL. Satya Dharma
11. SL. Yana Utama
12. SL. Prasetya Panca Karsa
13. SL. Sapta Marga
14. SL. Wira Dharma
15. SL. Penegak
16. SL. Dwidya Sistha
17. Bintang Maha Putra

Alamat Keluarga:
Jalan Ampera Gg Rini 125, Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telp: 782404

Jenderal Pol Da’i Bachtiar Memikul Pencitraan Kepolisian



Di bawah pimpinan Jenderal Pol Da’i Bachtiar sebagai Kapolri, prestasi Kepolisian Negara Republik Indonesia boleh dikatakan sudah cukup membanggakan setelah mampu mengungkapkan kasus ledakan bom di Bali, 12 Oktober 2002, dan di Hotel JW Marriott, Jakarta, 5 Agustus 2003 lalu. Pria kelahiran Indramayu, 25 April 1951, ini mengakhiri tugas dengan baik, digantikan Jenderal Polisi Sutanto, 8 Juli 2005.
Saat bertugas sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar masih mengemban tugas berat untuk lebih meningkatkan citra kepolisian.
Alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 1972, ini dinilai sangat menguasai lapangan tugasnya. Ia tiga kali menjabat Kapolres yakni Kapolres Blora (1987), Kapolres Boyolali (1989) dan Kapolres Klaten (1990). Kemudian menjadi Sesdit Serse Polda Jatim (1992) dan Kapoltabes Ujungpandang (1993).
Sukses di Makassar, dan setelah ia mengikuti Sesko ABRI (1996), ia dipercayakan menjabat Kadispen Polri (1998). Sejak itu, karirnya terus menanjak. Tak sampai satu tahun menjabat Kadispen Polri ia diangkat menjabat Dankorserse Mabes Polri (1998-2000). Lalu tahun 2000 ia pun diangkat menjabat Kapolda Jawa Timur. Setahun kemudian dipercayakan menjabat Gubernur Akpol (2001) dan Kalakhar BKNN (2001). Hingga akhirnya mencapai puncak sebagai Kapolri.
Sebelum menjabat sebagai Kapolri, Da’i yang dipilih oleh Presiden Megawati sebagai calon tunggal ini harus melewati ujian dari kalangan DPR. Pada waktu itu, di kalangan DPR tumbuh berbagai macam pendapat. Salah satunya adalah Da’i dianggap turut bertanggung jawab dalam kasus bentrokan berdarah di Bondowoso Jawa Timur, November 2000, yang menelan sejumlah korban tewas. Ketika itu Da'i menjabat Kapolda JawaTimur.
Bahkan Fraksi Kebangkitan Bangsa dan beberapa aktivis yang menamakan diri Pro Demokrasi, menolak Da'i Bachtiar karena mereka anggap pernah melakukan kebohongan public di era Soeharto dan prestasinya dianggap tidak terlalu menonjol baik ketika menjabat Kapolda Jatim dan juga Kepala Badan Koordinasi Penanggulangan Narkoba Nasional.
Tapi, Da’i menepis semua tudingan dan keraguan itu dengan kinerjanya setelah menjabat Kapolri. Secara jujur harus diakui bahwa ia menunjukkan prestasi yang mampu mengangkat harkat dan citra Kepolisian Republik Indonesia di mata dunia. Keberhasilannya mengungkap kasus ledakan bom di Bali memperlihatkan bahwa ia seorang Kapolri yang patut diacungi jempol.
Tentu, masih banyak yang harus dilakukannya, terutama dalam situasi dan kondisi bangsa yang sangat gamang pada era reformasi ini. Kini ia juga dituntut harus sigap menangani segudang masalah ancaman ketertiban dan keamanan serta kejahatan narkotika yang belakangan ini semakin meningkat. Dalam melakukan tugasnya sekarang ini, alumni Pendidikan CID (investigasi) di Jerman (1982) ini mengatakan bahwa selain masalah teroris, kepolisian juga harus mengatasi kejahatan narkotika dan pencurian dengan kekerasan menggunakan senjata api dan tajam.
Untuk menangkal semakin merajalelanya sindikat narkotika internasional beroperasi di Indonesia, Polri membentuk Badan Narkotika Nasional (BNN). BNN mempunyai tugas pokok memberantas peredaran dan penggunaan narkotika di seluruh Indonesia. Semua Direktorat Narkotika yang ada di lingkup Polda seluruh Indonesia kini berada di bawah naungan BNN bukan pada Badan Reserse Kriminal Mabes Polri seperti yang berlaku selama ini. Dengan demikian, BNN yang selama ini tidak bekerja secara operasional kini berubah 100 persen. BNN yang diketuainya itu bekerja full untuk memberantas peredaran narkotika di Indonesia, bukan sekadar memantau seperti yang selama ini berlangsung.
Menyangkut kejahatan kekerasan dengan menggunakan senjata api, Da’i mengatakan bahwa kepolisian akan mengantisipasi secara ketat penggunaan senjata api oleh masyarakat sipil. Senjata-senjata api itu diperoleh secara ilegal dari daerah konflik seperti Ambon, Poso, ataupun Aceh. Selain dari daerah konflik, senjata api yang ada di masyarakat sipil juga ditengarai dari penyelundupan. Oleh karena itu, tahun 2003 ini kegiatan patroli kawasan pantai oleh petugas Polri akan ditingkatkan. Selain itu, jajaran Polri juga akan meningkatkan razia terhadap masyarakat, khususnya di daerah konflik.
Polri juga akan memperketat pemberian izin kepada masyarakat yang akan menggunakan senjata api. Prioritas penanganan yang lain adalah soal senjata api yang sering diperjualbelikan oleh oknum-oknum militer dan senjata api hasil rakitan oknum masyarakat.
Belum lama ini, sekitar bulan September 2003 yang lalu, Da’i menghadiri Konferensi Para Kepala Kepolisian di Kawasan Asia Tenggara atau ASEAN Chiefs of National Police (Aseanapol) Ke-23 di Manila, Filipina sebagai ketua delegasi Indonesia. Dalam pertemuan tahunan yang sudah diikuti Da’i sejak tahun 1998 itu banyak membahas masalah terorisme. Da’i berharap, dari pertemuan para kepala kepolisian di Asia Tenggara ini dapat dihasilkan kerja sama yang lebih erat untuk memerangi terorisme.
Rencananya pada Oktober 2003 ini ia akan menerima penghargaan Australian Order dari Pemerintah Australia atas kerja sama yang terjalin selama ini antara Polri dan Australian Federal Police (AFP). Sebelumnya, Da’i sudah menerima penghargaan dari Pemerintah Malaysia dan menerima gelar kehormatan Tan Sri, juga berkat kerja sama antar kepolisian dalam memerangi terorisme.
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Nama: Da’i Bachtiar
Lahir: Indramayu, Jabar, 25 April 1951
Agama: Islam
Pangkat:Jenderal Polisi
Jabatan: Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Jabatan Sebelumnya: Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Koordinasi Narkotika Nasional

Pendidikan: Akpol (1972)
Pendidikan CID (investigasi) di Jerman (1982)
Sespim (1987)
Sesko ABRI (1996)

Pengalaman:
Kapolres Blora (1987)
Kapolres Boyolali (1989)
Kapolres Klaten (1990)
Sesdit Serse Polda Jatim (1992)
Kapoltabes Ujungpandang (kini Makassar) (1993)
Kadispen Polri (1998)
Dankorserse Mabes Polri (1998-2000)
Kapolda Jatim (2000)
Gubernur Akpol (2001)
Kalakhar BKNN (2001)

Jenderal Pol Sutanto Kapolri, Alumni Terbaik Akpol 1973



Presiden SBY melantik Jenderal Sutanto sebagai Kepala Kepolisian Negara RI, menggantikan Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar (8/7/2005). Pelantikan dilakukan setelah DPR secara aklamasi menyetujui usai melakukan uji kepatutan dan kelayakan ((fit and proper test)) terhadap Komjen Sutanto di Gedung Nusantara II DPR, Jakarta, 4/7/2005.
Dia pensiun 30 September 2008 dan digantikan Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri Komjen Pol. Bambang Hendarso Danuri.
Sutanto yang sebelumnya menjabat Kepala Badan Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Narkotika Nasional (BNN) berpangkat Komisaris Jenderal Polisi secara resmi diangkat menjadi Kapolri dengan Keppres Nomor 28/Polri/2005 tertanggal 5 Juli 2005. Kemudian dengan Keppres Nomor 29/Polri/2005 tanggal yang sama pangkatnya dinaikkan menjadi Jenderal Polisi.
Sebelumnya Presiden SBY mengajukannya sebagai satu-satunya calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) menggantikan Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar kepada DPR. Kemudian Komisi III DPR secara aklamasi menyetujui usai melakukan uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test)4/7/2005 dan Rapat Paripurna DPR 5/7/2005.
Dalam rapat tertutup (internal) dicapai kesepakatan persetujuan secara aklamasi. Seluruh fraksi (10 fraksi) di Komisi III, mendukung pejabat Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional itu menjadi Kapolri. Keputusan Komisi III itu dilaporkan dalam rapat paripurna Selasa 5/7/2005 yang dimulai pukul 09.00.
Uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) berlangsung serius, walau kadang diselingi canda. Sebanyak 34 anggota Komisi III mengajukan pertanyaan. Di antaranya mengenai terorisme, narkoba, perjudian, pelacuran, pornografi, dan pornoaksi, pemberantasan korupsi, pembenahan moral polisi, dan cara mengatasi godaan dari bos-bos penjahat untuk melobi agar kasusnya dihentikan.
Selama 30 menit, Sutanto diberi kesempatan memaparkan visi misinya. Sutanto menyatakan akan secara tegas dan konsisten menindak empat jenis kejahatan. Pertama, kejahatan yang merugikan kekayaan negara (korupsi, illegal logging, illegal mining, penyelundupan); Kedua, kejahatan yang berdampak luas terhadap masyarakat (judi dan narkoba); Ketiga, kejahatan yang meresahkan masyarakat (kejahatan jalanan dan kejahatan oleh kawanan bandit); dan Keempat, segala pelanggaran lalu lintas yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, ketidaktertiban dan kemacetan.
Secara khusus, Sutanto mengatakan dalam mengatasi masalah narkoba, ada tiga langkah yang secara simultan harus dilakukan. Ketiganya adalah pencegahan, penegakan hukum, dan terapi-rehabilitasi bagi pengguna narkoba.
Dia juga menegaskan adalah kewajiban pemerintah untuk menyediakan panti rehabilitasi yang murah, tidak saja di kota-kota besar, tetapi juga di kabupaten-kabupaten. Karena narkoba sudah merambah pelosok desa dan banyak disalahgunakan masyarakat menengah ke bawah.
Mantan Ajudan Presiden Soeharto kelahiran Comal, Pemalang, Jawa Tengah, 30 September 1950, ini merupakan satu di antara sedikit polisi yang baik, jujur, bersih, dan punya komitmen tinggi memberantas kejahatan di negeri ini.
Alumni Terbaik Akabri Kepolisian 1973, ini memang sudah santer disebut-sebut akan menjadi Kapolri sejak Susilo Bambang Yudhoyono dilantik menjadi Presiden RI. Pasalnya, SBY dan Sutanto sudah lama bersahabat karena seangkatan ketika menjadi taruna Akademi Angkatan Bersenjata (Akabri). Keduanya lulusan Akabri (Darat dan Kepolisian) tahun 1973.
Teman taruna seangkatan (1973) SBY dan Sutanto lainnya antara lain Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Slamet Soebijanto dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Djoko Suyanto. Mereka merupakan lulusan terbaik di angkatan masing-masing. Mereka sama-sama memperoleh penghargaan Adi Makayasa.
Selain karena pertemanan dengan presiden, Sutanto juga dinilai bersih selama karirnya di kepolisian. Dia juga dikenal konsisten dan dekat dengan bawahan. Ayah dari empat anak ini dikenal jujur, bersih, dan punya komitmen tinggi memberantas kejahatan.
Saat menjabat Kapolda Sumut (2000), dia berupaya secara gigih memerangi perjudian, premanisme, dan peredaran narkoba di provinsi itu. Dia hadapi apa pun risikonya, baik dari para bandar judi dan internal Polri sendiri. Mereka yang tidak senang judi diberantas di daerah itu tidak suka Sutanto berlama-lama di Medan. Mereka ingin Sutanto cepat pindah. Memang, Sutanto hanya tujuh bulan menjadi Kapolda Sumut (Maret sampai Oktober 2000). Dia dipindah menjadi Kapolda Jawa Timur.
Di Jatim, Sutanto langsung menyatakan perang terhadap illegal logging, praktik BBM oplosan, judi dan narkoba. Salah satu gebrakannya adalah menangkap dan menahan Sundono alias Jhonson Limuel Lim, bos kayu ilegal nomor satu di Jatim yang sebelumnya sulit tersentuh hukum. Dia juga mengusir dan menampik utusan Sundono yang hendak menyuapnya Rp 2 miliar agar Sundono bisa ditahan luar.
Dia bergeming, Sundono terus ditahan sampai kasusnya dilimpahkan ke kejaksaan. Walaupun setelah kasus illegal logging itu digelar di PN Surabaya, Sundono malah divonis bebas, yang sebelumnya oleh jaksa penuntut umum hanya dituntut hukuman 1 tahun penjara dan denda Rp 200 juta.
Setelah dua tahun menjabat Kapolda Jatim (2000-2002), Sutanto dimutasi menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (2002-2005). Dia seperti sengaja ‘disimpan’ di situ. Namanya pun nyaris tidak pernah muncul lagi di media massa. Namun setelah SBY jadi presiden, nama Sutanto kembali berkibar. SBY mengangkatnya menjadi kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (Kalakhar BNN) pada awal Maret 2005. Dia pun naik pangkat dari Irjen menjadi Komjen Pol. Saat itu, banyak kalangan sudah memprediksi Sutanto akan menjadi Kapolri menggantikan Jenderal (Pol) Da’i Bachtiar.
Kendati sebentar di BNN, dia telah melakukan gebrakan menangkap anggota sindikat peredaran narkoba internasional dan berhasil menggerebek dan menemukan sejumlah pabrik narkoba besar di sekitar Jakarta.
Presiden SBY mengatakan pergantian Kapolri dilakukan dalam rangka penyegaran kepemimpinan di lingkungan kepolisian. Da’i sudah mengemban tugas sebagai Kapolri selama 3 tahun 8 bulan. Menurut SBY masa tugas tersebut, sudah cukup bagi Da’i untuk mengabdi kepada negara dan bangsa.
Menurut Presiden, konteks pergantian ini dalam kerangka positif. Selain untuk regenerasi, juga sambil memberi kehormatan kepada Da’i dan penugasan kepada penggantinya. SBY berharap DPR segera menyetujui usul pergantian Kapolri tersebut. Sementara Da’i Bachtiar kemungkinan akan diangkat menjadi Dubes di Malaysia. ►tsl
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
Nama: Jenderal Pol Sutanto
Lahir: Comal, Pemalang, Jawa Tengah, 30 September 1950
Agama:Islam
Jabatan:Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Dilantik 8 Juli 2005 - 30 September 2008)
Isteri: Henny S
Anak:
- Tanti Ari Dewi
- Wenny Natalia Dewi
- Bimo Agung Wibowo
- Widya Ari Dewi

Pendidikan:
- Akabri Kepolisian 1973
- Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) 1983
- Sespimpol, Lembang, Bandung (1990)
- Sus Jur Pa Rengar Hankam, Bandung (1985)
- Lemhannas (2000)

Karir:
- Pamapta Konwiko 74 Jakarta Selatan (1973-1975)
- Kapolsek Metro Kebayoran Lama (1978-1980)
- Kapolsek Metro Kebayoran Baru (1980)
- Kepala Detasemen Provoost Polda Jatim (1990-1991)
- Kapolres Sumenep, Jawa Timur (1991-1992)
- Kapolres Sidoarjo, Jawa Timur (1992-1994)
- Paban Asrena Polri (1994-1995)
- Ajudan Presiden Soeharto (1995-1998)
- Waka Polda Metro Jaya (1998-2000)
- Kapolda Sumut (2000)
- Kapolda Jatim (17 Oktober 2000-Oktober 2002)
- Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri (24 Oktober 2002-28 Februari 2005)
- Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (28 Februari 2005-Juli 2005)
- Kapolri (2005)
Alamat Kantor:
Jalan Trunojoyo No 3 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telp 021-3848537 - 7260306 - 7218010
Fax 021-7220669
Alamat Rumah:
Jalan Pinang Perak II PA-2, Pondok Indah, Jakarta Selatan

Bambang Hendarso Danuri Polri Mandiri dan Profesional



Bambang Hendarso Danuri berjanji akan mengakselerasi transformasi Polri menuju Polri mandiri, profesional, dan dipercaya masyarakat. Setelah memaparkan visi-misi (janji) itu, mantan Kapolda Sumut itu diterima secara aklamasi oleh DPR (24/9/2008) menjadi Kapolri setelah melalui fit and proper test Komisi III DPR (22/9/2008).
Lulusan Akpol 74 kelahiran Bogor, 10 Oktober 1952, itu menduduki kursi Tribrata I menggantikan Jenderal Pol Sutanto yang pensiun 30 September 2008.
Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri Komjen Pol. Bambang Hendarso Danuri , itu satu-satunya calon Kapolri yang diusulkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden sebelumnya telah menerima beberapa masukan dari berbagai macam kalangan, termasuk dari Komisi Kepolisian. Mensesneg Hatta Radjasa mengatakan, Presiden Yudhoyono hanya mengajukan satu nama calon, karena pertimbangan agar Bambang Hendarso bisa terpilih menjadi Kapolri baru.
Pada pemilihan Kapolri periode sebelumnya, Dai Bachtiar dan Sutanto juga merupakan calon tunggal. Namun calon tunggal bukan berarti akan langsung disetujui Komisi III.
Pencalonan tunggal Bambang ini mendapat dukungan dari semua fraksi DPR. Sesuai dengan UU 2/2002 pasal 11, Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Pelantikan Bambang Hendarso Danuri menjabat Kapolri baru dilakukan pada 30 September 2008 di istana.
Dalam proses uji kelayakan dan kepatutan calon Kapolri oleh anggota komisi III DPR, Bambang mendengarkan dengan serius setiap pandangan fraksi. Dia didampingi Derenbang Polri Brigjen Pol Tjuk Sukiadi dan Spripim Kapolri Kombes Pol Suhardi A, serta Karo Analis Bareskrim Brigjen Pol Mathius Salempang, Direktur III/Tipikor Brigjen Pol Jose Rizal, dan sejumlah personel Bareskrim Polri.
Bambang, mantan Kapolda Sumut itu memulai dengan paparan visi dan misinya yang diberi judul Akselerasi Transformasi Polri Menuju Polri Mandiri, Profesional, dan Dipercaya Masyarakat.

Mantan Kapolda Kalimantan Selatan (2005), itu mengatakan akan melanjutkan program prioritas Kapolri Sutanto seperti pemberantasan judi, narkotik, terorisme, korupsi, dan illegal logging. Menurutnya, tak harus ganti pimpinan lalu ganti visi, misi, dan program karena organisasi (akan) mengalami discontinuity. Dia menyampaikan visi-misi sesuai dengan perumusan grand strategy Polri 2005-2025.
Sementara program baru dengan prinsip hemat struktur dan kaya fungsi supaya tidak membebani anggaran yang ada. Misalnya, mengubah struktur Densus 88/Antiteror; dari semula di setiap Polda menjadi cukup di delapan wilayah strategis. Di antaranya Jakarta dan Surabaya.
Dia juga akan menempatkan enam pangkalan wilayah Polisi Air di tempat strategis. Kemudian, membangun Indonesian Automotive Fingerprint Information System, membikin Pusat Informasi Kriminal Nasional, melanjutkan pembangunan kesatuan wilayah, dan memperbaiki manajemen keuangan Polri.
Suami dari Nanny Hartiningsih, itu juga akan mempercepat transformasi kultural. "Polisi itu harus melayani masyarakat, bukan sebaliknya. Salah satu caranya dengan memperbaiki SDM. Trust building ditarget pada 2010," kata peraih penghargaan Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun, Satya Lencana Karya Bhakti dan Satya Lencana Ksatria Tamtama itu.

Lulusan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Jakarta itu juga berjanji meningkatkan pendapatan anggota Polri di kisaran Rp 7 juta hingga Rp 47 juta.

Dia juga berjanji akan menegakkan disipilin dan tindakan tegas. "Jika ada anggota yang melakukan pembiaran (pidana) akan kita tindak. Akan ada tim operasi bersih," janjinya. Sebelum melangkah dengan tindakan hukum ke luar, Bambang akan melaksanakan tindakan ke dalam lebih dulu dalam seratus hari pertama pelaksanaan tugasnya. "Ini amanah yang berat, tapi saya akan laksanakan sesuai komitmen," katanya.

Bambang juga berjanji polisi akan netral dan tidak berpihak dalam Pemilu 2009. Dia juga berjanji membuka hotline untuk warga masyarakat yang akan mengadukan kinerja polisi yang dianggap tidak tepat.

Sesuai data di pusat data Tokoh Indonesia, Bambang lulusan Akademi Kepolisian tahun 1974. Dia meraih gelar sarjana (S1)dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Jakarta.

Adik dari mantan Pangdam I Bukit Barisan Mayjen (Purn) Tritamtomo ini menapaki karir dari Wakasat Sabhara Polresta Bogor Polda Jawa Barat (1975), kemudian menjadi Kapolres Jayapura (1993). Karirnya terus menaik dengan menjabat Wakapolwil Bogor Polda Jawa Barat (1994). Lalu beberapa kali menjadi Kadit Serse Polda, mulai dari Kadit Serse Polda Nusa Tengggara Barat (1997), Kadit Serse Polda Bali (1999), Kadit Serse Polda Jawa Timur (2000), dan Kadit Serse Polda Metro Jaya (2005).

Kemudian menjadi Kapolda Kalimantan Selatan (2005) dan Kapolda Sumatera Utara (2005-2006). Sebelum menjadi Kapolri, dia menjabat Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri (2006-2008).

Bambang mengawali karirnya di kepolisian ketika menjadi Wakasat Sabhara Polresta Bogor Polda Jawa Barat tahun 1975. Setelah itu karirnya terus melesat hingga antara lain pernah menjabat sebagai Kapolres Jayapura (1993), Wakapolwil Bogor Polda Jawa Barat (1994), Kadit Serse Polda Nusa Tengggara Barat (1997), Kadit Serse Polda Bali (1999, Kadit Serse Polda Jawa Timur (2000), Kadit Serse Polda Metro Jaya, Kapolda Sumatera Utara (2005-2006) dan Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri (2006).

Atas berbagai pengabdiannya, dia antara lain menerima penghargaan Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun, Satya Lencana Karya Bhakti, dan Satya Lencana Ksatria Tamtama.

Dilantik
Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri dilantik dan disumpah sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Polri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sebuah acara kenegaraan di Istana Negara, Jakarta, Selasa 30 September 2008.
Bambang menggantikan Jenderal (Pol) Sutanto yang memasuki pensiun, 30 September 2008 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 55/Pol/2008. Sebelum dilantik, Bambang baru naik pangkat menjadi jenderal penuh. Ia adalah lulusan Akademi Polisi (Akpol) 1974, satu angkatan di bawah Sutanto.
Seusai pelantikan, Bambang mengemukakan bahwa tugas yang diberikan kepadanya cukup berat dan penuh tantangan. Ia menyatakan akan menjaga keberlanjutan apa yang sudah dilaksanakan Sutanto.

”Kelanjutan program tetap kami jadikan prioritas,” ujarnya. Antara lain, pertama, terkait dengan kebijakan ke dalam, seperti penerimaan taruna Akpol dan bintara Polri yang bersih serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme. Kedua, mengambil tindakan tegas untuk kejahatan seperti judi, pembalakan liar, kejahatan konvensional, terorisme, dan narkotika.
Dia berjanji akan bertindak lebih keras. "Anggota dan pejabat yang masih melakukan pembiaran akan kami tindak. Itu komitmen. Pelayanan masyarakat juga akan kami tingkatkan. Tentunya, ke depan, kita menghadapi Pemilu 2009. Ini prioritas bersama TNI untuk mengamankannya hingga pemilihan presiden dan wakil presiden,” ujarnya.
Acara pelantikan Bambang itu dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah pejabat negara, seperti Ketua DPR Agung Laksono, Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita, Ketua MA Bagir Manan, Ketua KPK Antasari Azhar, Ketua BPK Anwar Nasution, dan Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira mengatakan, serah terima jabatan Kepala Polri direncanakan berlangsung di Markas Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis, 9 Oktober 2008. ►TI/TSL*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)
BIODATA:
Nama:Bambang Hendarso Danuri
Pangkat:Jenderal Polisi
Lahir:Bogor, 10 Oktober 1952
Agama: Islam
Jabatan: Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri)
Isteri: Nanny Hartiningsih
Pendidikan: - Akademi Kepolisian (1974)
- Meraih gelar sarjana dari Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Jakarta

Karir:
- Wakasat Sabhara Polresta Bogor Polda Jawa Barat (1975)
- Kapolres Jayapura (1993)
- Wakapolwil Bogor Polda Jawa Barat (1994)
- Kadit Serse Polda Nusa Tengggara Barat (1997)
- Kadit Serse Polda Bali (1999)
- Kadit Serse Polda Jawa Timur (2000)
- Kadit Serse Polda Metro Jaya (2005)
- Kapolda Kalimantan Selatan (2005)
- Kapolda Sumatera Utara (2005-2006)
- Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri (2006-2008)
- Kepala Kepolisian Republik Indonesia (2008-sekarang)

Penghargaan:
- Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun
- Satya Lencana Karya Bhakti
- Satya Lencana Ksatria Tamtama

Ali Alatas (1932-2008) Singa Tua Diplomat Indonesia



Tokoh Indonesia 11/12/2008: Ali Alatas, singa tua diplomat Indonesia yang menjabat Menteri Luar Negeri RI pada 1987-1999 dan terakhir Ketua Dewan Pertimbangan Presiden/Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Internasional, sejak April 2007 hingga wafat pada usia 76 tahun, Kamis 11 Desember 2008 pagi di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Disemayamkan di rumah duka di Jalan Benda Raya No 19, Cilandak, Jakarta Selatan. Dimakamkan TMP Kalibata, Jakarta (12/12/2008).
Alatas meninggal pada pukul 07.30 waktu Singapura, karena terkena serangan jantung. Jenazah diterbangkan dari Singapura dan tiba di Bandar Udara Soekarno-Hatta sekitar pukul 18.30 disambut oleh Menko Polhukam Widodo AS, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Rachmawati Soekarnoputri.
Kemudian disemayamkan di ke rumah duka di Jalan Benda Raya No 19, Cilandak, Jakarta Selatan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla serta Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, yang sedang berada di Indonesia, melawat ke rumah duka.
Berbagai ucapan belasungkawa mengalir dari berbagai kalangan baik dari dalam maupun luar negeri. Antara lain dari Menteri Luar Negeri Hirofumi Nakasone, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Martin Hatfull, Duta Besar Iran untuk Indonesia Behrooz Kamalvandi, Duta Besar Polandia untuk Indonesia Thomaz Lukaszuk, Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Eivind Homme, dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Fariz Al-Mehdawi.
Penghargaan:
- Bintang Mahaputera Utama 12/8/82
- Bintang RI Utama 6/8/98 dg Keppres 071/TK/TH.1998
- Bintang Mahaputera Adipradana
Jabatan terakhir :
Sejak April 2007 hingga wafatnya, Alm. Bapak Ali Alatas, S.H. menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Presiden/Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Internasional

Ali Alatas
Singa Tua Diplomat Indonesia
Dia salah satu diplomat handal Indonesia. Menjabat Menteri Luar Negeri (1987-1999) dalam empat kabinat dan pernah dinominasikan menjadi Sekjen PBB oleh sejumlah negara Asia pada 1996, suatu bukti kehandalannya mewakili Indonesia di pelbagai meja perundingan dan jalur diplomatik.
Selama dua dasawarsa lebih, Alex (nama panggilannya) memperlihatkan kelas tersendiri sebagai diplomat. Bahkan pada usia senjanya, ia masih mengemban tugas sebagai Penasihat Presiden untuk Urusan Luar Negeri (2001-2004). Kemudian pada masa pemerintahan Presiden SBY diangkatn menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Urusan Luar Negeri 2005-2008. Maka tak salah bila ia dijuluki singa tua diplomat Indonesia.
Kisah hidupnya adalah diplomasi. Padahal pada masa kecil ia bercita-cita menjadi pengacara. Alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia 1956, kelahiran Jakarta 4 November 1932 ini, meniti karier sebagai diplomat sejak berusia 22 tahun. Ia mengawali tugas diplomatnya sebagai Sekretaris Kedua di Kedutaan Besar RI Bangkok (1956-1960), sesaat setelah ia menikah.
Pusat Data Tokoh Indonesia mencatat bahwa sebelumnya, ia sempat berkecimpung dalam dunia jurnalistik sebagai korektor Harian Niewsgierf (1952-1952) dan redaktur Kantor Berita Aneta (1953-1954). Selepas bertugas di Kedubes RI Bangkok, ia kemudian menjabat Direktur Penerangan dan Hubungan Kebudayaan Departemen Luar Negeri (1965-1966). Lalu ditugaskan menjabat Konselor Kedutaan Besar RI di Washington (1966-1970). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Direktur Penerangan Kebudayaan (1970-1972), Sekretaris Direktorat Jenderal Politik Departemen Luar Negeri (1972-1975) dan Staf Ali dan Kepala Sekretaris Pribadi Menteri Luar Negeri (1975-1976).
Kemudian, ia dipercaya mejalankan misi diplomat sebagai Wakil Tetap RI di PBB, Jenewa (1976-1978). Kembali lagi ke tanah air, menjabat Sekretaris Wakil Presiden (1978-1982). Lalu, kemampuan diplomasinya diuji lagi dengan mengemban tugas sebagai Wakil Tetap Indonesia di PBB, New York (1983-1987). Selepas itu, ia pun dipercaya menjabat Menteri Luar Negeri (1987-1999) dalam empat kabinet masa pemeritahan Soeharto dan Habibie.
Saat menjabat Wakil Tetap Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ia harus menghadapi berbagai kritikan mengenai masalah Timor Timur. Ia dengan cekatan bisa melayaninya dengan diplomatis. Apalagi saat pecah insiden Santa Cruz yang menewaskan puluhan orang pada 12 November 1991, ia cekatan untuk meredam kemarahan dunia. “Diplomasi itu seperti bermain kartu. Jangan tunjukkan semua kartu kepada orang lain. Dan jatuhkan kartu itu satu per satu,” katanya.
Namun semua perjuangannya menjadi sia-sia seketika, manakala Presiden BJ Habibie memberikan refrendum dengan opsi merdeka atau otonomi, tanpa berkonsultasi dengannya. Suatu opsi yang amat naif. Ia tidak setuju atas solusi jajak pendapat yang dicetuskan Habibie itu. Sebab sebagai seorang diplomat, ia tetap berkeyakinan pada solusi diplomasi betapapun sulitnya sebuah situasi.
Maka tak heran, matanya berkaca-kaca beberapa saat setelah referendum. Timtim lepas dari pangkuan ibu pertiwi dan yang lebih memilukan, Timor Loro Sa’e itu rusuh dan hangus dilalap api. Karena keputusan presiden yang sulit dimengertinya, ia harus rela mengakhiri karir diplomatnya dengan air mata.
Namun semua orang tahu, bahwa kekalahan di Timor Timur itu bukan kesalahannya. Tetapi kesalahan ‘bosnya’ yang di luar batas kewenangannya. Presiden Habibie memang akhirnya menuai badai – pertanggungjawabannya ditolak MPR – akibat ‘kecerobohan’ itu. Maka, nama besar Alex sebagai diplomat yang prestisius tetap terukir tinta emas dalam lembar-lembar perjalanan karirnya.
Sehingga, ketika Alwi Shihab diangkat menjabat Menlu pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Alatas dipercaya sebagai penasehat. Kemudian, setelah Gus Dur jatuh dan digantikan Megawati Sukarnoputri, Alex diangkat menjabat Penasihat Presiden untuk Urusan Luar Negeri.
Sebagai penasehat presiden ia antara lain telah menjalankan misi diplomat ke berbagai negara, termasuk ke Swedia, mengenai Hasan Tiro. Namun, aktivitasnya sebagai penasehat presiden tidak lagi sesibuk ketika ia menjabat Menlu. Sehingga, ia berkesempatan mengisi waktu dengan mewujudkan impiannya menjadi pengacara, sebagai salah satu penasihat hukum di Biro Pengacara Makarim & Taira's. Dan untuk mengisi waktu ia pun menikmati hidup dengan keluarga di rumah kediamannya di Kemang Timur, Jakarta Selatan dan Jalan Benda Raya No 19, Cilandak, Jakarta Selatan. ►ti/crs*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) Ali Alatas (1932-2008)

H Pahri Azhari Pengusaha Sukses di Kursi Bupati Muba


Melihat penampilannya yang sederhana, mungkin tiada yang menduga kalau H Pahri Azhari, ini seorang pengusaha sukses. Berbekal ilmu yang dimilikinya, pengusaha yang juga politikus dari Partai Amanat Nasional (PAN), ini tidak hanya sukses sebagai pengusaha tapi juga sukses menjadi seorang Bupati Musi Banyuasin (Muba) dengan semboyan Serasan Sekate.
Pusat Data Tokoh Indonesia mencatat, mantan anggota DPRD Kabupaten Musi Banyuasin dari Partai Amanat Nasional, ini sebelumnya terpilih sebagai Wakil Bupati Musi Banyuasin periode 2007-2012 mendampingi Alex Noerdin. Kemudian, setelah Alex Noerdin mengundurkan diri untuk maju dalam Pemilihan Umum Gubernur Sumatera Selatan, Pahri Azhari dilantik sebagai Bupati Musi Banyuasin pada tanggal 29 Juli 2008.
Dari profesi pengusaha menjadi Bupati yang mengemban tugas untuk menyejahterakan rakyat banyak bukanlah hal yang mudah, tapi tidak bagi seorang Pahri. Berbekal kepiawaian suami Hj Lucianty Pahri di dunia politik, ternyata membawanya menuju sukses di kursi birokrat. Menjadi orang nomor satu di Kabupaten Muba, menggantikan Ir H Alex Noerdin yang kini meraih tanggung jawab yang lebih besar lagi sebagai Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Pahri mengemban seabrek tugas yang dipercayakan total kepadanya.
Melanjutkan programnya bersama Alex Noerdin, sang pelopor pendidikan dan pengobatan gratis, Pahri mampu menjalankan semua tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Bahkan tanpa seorang Alex Noerdin, ternyata Pahri mampu menjalankan semua roda pembangunan di Kabupaten Muba. Semua karena kecerdasan dan kebijakan Pahri yang memang patut untuk diteladani.
Lewat kebijakan-kebijakannya, Pahri telah membukti kemampuan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Sekolah dan berobat gratis programnya bersama Sang Relawan Ungu berjalan dengan sukses. Bahkan bagi yang telah menyelesaikan sekolahnya di tingkat SLTA diberikan pembekalan pelatihan operator migas yang kelak akan menembus pasar kerja hingga ke luar negeri yang diharapkan membawa generasi muda Muba menuju masa depan yang cemerlang. Keharusan yang ditekankan Pahri kepada investor asing di Kabupaten Muba untuk memprioritaskan tenaga kerja putra daerah menjadikan rakyat Muba semakin tersanjung.
Padahal, kondisi keuangan Pemkab Muba di tahun pertama dia dilantik sebagai Bupati Muba menggantikan Alex Noerdin, tidak mencapai target. Semua dikarenakan perekonomian global yang telah membuat perekonomian rakyat Muba terpuruk dengan anjloknya harga karet dan sawit yang merupakan mata pencaharian utama rakyat Muba.
Tapi di tengah keterpurukan pendapatan daerah, Pahri tetap mengambil kebijakan bahwa anggaran untuk sekolah dan berobat gratis tidak akan berkurang. Semua untuk rakyat Muba yang sejahtera, sehat dan berkualitas. Artinya, di tengah himpitan ekonomi pun Pahri tetap mengutamakan pembangunan sumber daya manusia yang bermutu.
Memberikan kemudahan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan investor Pahri pun memberikan kebijakan lewat Layanan Terpadu Satu Pintu. Hasilnya dalam hitungan bulan jabatannya sebagai Bupati Muba, Pahri pun mendulang penghargaan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Taufik Effendi, pada 31 Oktober 2008. Pahri menjadi cermin bagi bupati dan walikota di Sumsel karena satu-satunya bupati yang memberikan pelayanan terpadu satu pintu. Piagam Citra Pelayanan Prima pun dianugrahkan oleh Taufi Effendi kepada H Pahri Azhari.
Sungguh sosok pemimpin yang luar biasa dan tidak diragukan lagi kualitasnya. Tanpa seorang Pahri sulit bagi rakyat Muba untuk tumbuh dan berkembang pesat. Apalagi rakyat Muba sangat kehilangan bupati yang dicintainya, Ir H Alex Noerdin, yang melebarkan sayapnya dengan memimpin Bumi Sriwijaya dan meninggalkan Bumi Serasan Sekate. Tepat bagi sang pelopor yang dulu memilih Pahri sebagai pendampingnya untuk memimpin dan melanjutkan pembangunan di Kabupaten Muba.
Maju, maju dan maju untukmu Muba menjadi tekad Pahri sebagai Bupati Muba. Melihat rakyatnya maju dan sejahtera rakyat yang dimpimpinnya merupakan kebahagiaan tanpa bandingan baginya. Tak heran Pahri pun melakukan penyegaran bagi sederet pejabat di lingkungan Muba. Tentu saja bertujuan untuk membawa Muba lebih maju lagi dengan pemimpin yang berkualitas.
Selain itu Ketua Badan Narkotika Daerah (BNK) ini juga menjadikan Muba bebas narkoba sebagai salah satu target kepemimpinannya. Benteng berbasis agama pun dibangun untuk memberikan santapan segar bagi generasi muda di Bumi Serasan Sekate.
Tak heran di setiap kunjungan kerjanya, Pahri selalu mengingatkan para orang tua, guru dan segenap masyarakat untuk memusuhi narkoba. Tidak ada keuntungan yang bisa diraih bagi seorang pecandu narkoba selain keterpurukan mental dan masa depan. Narkoba dijadikan Pahri musuh besarnya dalam memimpin Kabupaten Muba.
Terlebih lagi masuknya narkoba di Muba sangat mudah terjadi dengan media seperti penghapus yang dianggap biasa bagi seorang anak sekolah. Siapa yang bisa memberantasnya? Bagi Pahri, itu semua tanggung jawab bersama. Tentu saja para orang tua yang harus lebih hati-hati, para guru, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta para alim-ulama.
Merangkul semua lapisan masyarakat melalui organisasi kepemudaan di Kabupaten Muba pun dilakoni oleh Pahri. Melalui organisasi kepemudaan KNPI, Pahri berharap agar pemuda Muba tidak hanya berkecimpung di organisisinya. Tapi juga berbuat lebih banyak lagi dan bersama-sama membantu dan mendukung program Pemkab Muba untuk menyejahterakan rakyat Muba. Baginya, oragnisasi kepemudaan merupkan salah satu wajah pemudanya Muba. Bila baik organisasinya maka baik pula wajah pemuda Muba, sebab organisasi merupakan salah satu gambaran bagaimana pemuda Muba yang sebenarnya.
Dengan kemurahan hatinya, Pahri pun bersedia membantu organisasi pemuda di Muba untuk melebarkan sayapnya menjadi organisasi yang professional, berkualitas dan menjadi panutan.
Beberapa penghangaan telah diterima Bupati Musi Banyuasin Ir. Pahri Azhari. Di antaranya: Pamong Award dari FKPP yang diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto di Jakarta tgl 18 Nopember 2008; Piagam Citra Pelayanan Prima dari MenPAN, Taufik Effendi untuk kantor pelayanan terpadu satu pintu, 31 Oktober 2008; dan Anugerah PIN Emas dari Menteri Agama RI M Maftuh Basyuni, 3 Januari 2009. ►e-ti/sri windayani
BIODATA
Nama: H. Pahri Azhari. ST
Lahir: Palembang , 3 Juli 1962
Agama: Islam
Istri: Ir.Hj. Lucianty Pahri,SE
Anak:
1. Iman Falucky
2. Anggia Fabelita
3. M. Facrel Ardafa
4. Divia Faradiba

Karir:
- Konsultan Teknik (1986-2006)
- Ketua DPD PAN Muba (2005-sekarang)
- Anggota DPRD Kabupaten Muba (2006)
- Wakil Bupati Musi Banyuasin (15 Januari 2008-18 Juni 2008)
- Plh. Bupati Musi Banyuasin (18 Juni 2008-29 Juli 2008)
- Bupati Musi Banyuasin (29 Juli 2008-2012)

Organisasi:
- Ketua Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) (2007-sekarang)
- Ketua Badan Narkotika Daerah (BNK) (2007-sekarang)
- Kepala Korda ESQ Musi Banyuasin (2007-sekarang)
- Ketua Dewan Penasehat Forum Pembaharuan Bangsa (2007-2012)
- Ketua Umum Pengurus Provinsi Percasi (2007-sekarang)
- Ketua Dewan Penasehat Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) (2008-sekarang)

Penghargaan:
- Pamong Award dari FKPP yang diserahkan oleh Menteri Dalam Negeri Mardiyanto,
di Jakarta, 18 Nopember 2008)
- Piagam Citra Pelayanan Prima dari MenPAN, Taufiq Effendi untuk Kantor
Pelayanan Terpadu Satu Pintu, 31 Oktober 2008

Menhan Juwono Sudarsono Jangan Bikin Sekolah Elit Tambah Elit



Nama: Juwono Sudarsono
Lahir: Ciamis, Jawa Barat, 5 Maret 1942
Jabatan: Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Bersatu
Alamat Kantor: Jalan Medan Merdeka Barat No.13-14 Jakarta Pusat, Telp. (021) 3458947
Alamat Rumah :Jalan Alam Asri VII No. 20, Pondok Indah, Jakarta Selatan 12310 Telepon (021) 75909878 Faksimile (021) 75910235


Sekarang di negara-negara maju ada keinginan supaya pendidikan tidak mengarahkan pada peningkatan mutu akademik di perguruan tinggi. Justru meningkatkan bantuan-bantuan pada golongan-golongan yang begitu tidak cemerlang. Jadi jangan bikin sekolah-sekolah elit tambah elit sehingga mutunya tinggi, tapi tidak produktif.

Hal itu dikemukakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Juwono Sudarsono, yang saat ini menjabat Menteri Pertahanan, menjawab pertanyaan TokohIndonesia.com, 12/8/09, berkaitan , apa yang kurang pas dari kebijakan pendidikan Indonesia hingga saat ini.

Menurut Juwono, daripada membikin sekolah elit bertambah elit, lebih baik sekolah (pendidikan) diarahkan pada orang-orang biasa-biasa saja. “Karena mereka jumlahnya banyak. Mereka tertolong dan mereka ini yang kebetulan nyata-nyata menghadapi masalah digerakkannya ekonomi sektor riil,” kata Juwono.

Karena itu, tambah Menteri Pendidikan masa pemerintahan Habibie itu, sekarang pun, lebih baik seperti perguruan tinggi UI, ITB, UGM tidak menggebu-gebu tentang menghendaki perguruan tinggi kelas dunia. “Cukup word class saja nggak usah World Class. Word class saja yang bisa dokumen, itu saja konsentrasinya pada orang-orang banyak. Yang tidak terlalu brilian pikirannya, tapi lebih praktis memberi data,” kata Juwono.
Karena, menurutnya, orang-orang ini, menengah ke bawah, yang menjadi pemicu dari pergerakan dari sektor riil. “Dan untuk itu tidak perlu gelar-gelar akademik yang terlalu canggih, seperti professor, doktor. Saya juga agak segan memakai gelar akademik, karena sekarang banyak, prof, doktor yang gadungan,” katanya.

Juwono juga melihat tidak ada hubungan langsung antara tambahan anggaran dengan kenaikan mutu pendidikan.

Keseimbangan Sejarah
Juwono Sudarsono hanya sekitar 18 bulan menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, saat menjabat Mendiknas itu, ia meminta masyarakat sejarawan Indonesia untuk merumuskan kembali penulisan sejarah Indonesia untuk SD dan SMP. Karena waktu itu, ada upaya untuk menempatkan kembali Bung Karno setelah berpuluh-puluh tahun dihilangkan dari kurikulum sejarah nasional. Sebaliknya, dengan itu ada pula keinginan untuk menghitamkan peranan Pak Harto.

“Jadi, saya katakan pada Anhar Gonggong dari Direktorat Seni dan Sejarah Tradisional bersama beberapa teman dari MSI (Masyarakat Sejarah Indonesia), untuk merumuskan kurikulum tingkat SD dan SMP satu sejarah nasional yang berimbang. Supaya tokoh-tokoh nasional ini tidak saling menenggelamkan. Jadi kalau Pak Harto ditenggelamkan untuk mengimbangi munculnya kembali kedudukan dan peranan Bung Karno, kita coba untuk berimbang,” katanya. ►ti/ms*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

RAMIL ASJAP REHAB MAKO

Cirebon
Makoramil Astana Japura yang berada persis di jalur utama Jakarta – Semarang, terlihat cukup megah dan mentereng, setelah dilakukan perehabatan secara besar- besaran dari mulai depan, samping hingga belakang, semuanya tidak luput dari besutan tangan dingin Kapten Inf Wahyudi.
Markas Koramil Astana Japura, Kabupaten Cirebon kini tengah melakukan rehab pangkalan ( Mako- red ) secara besar- besaran, hasil pantauan Koran ini tembok samping sebelah timur setinggi hampir dua meter setengah, di gambar dengan ornament- ornament prajurit TNI hingga menambah cantik dan cerah pemandangan di sekitar Mako.
Selain itu di halaman belakang Mako juga kini sudah dibangun kolam pemancingan ikan yang cukup refresentatif selain itu ikannya juga cukup banyak, tidak jarang para pembesar kodim 0620/ Kab Cirebon termasuk Dandim Letkol Arh Toto Nugroho, sering melakukan kegiatan santai mancing ikan, apalagi disamping kanan -kiri kolam di bangun sawung- sawung jelas akan menambah nikmat suasana manakala berada di sekitar kolam tersebut.
Pun demikian Danramil setempat Kapten Inf Wahyudi, saat ngobrol dengan media ini hanya merendah,” ah -tidak usah di tulis,” jelas perwira kelahiran Cirebon ini sembari ramah. ( Aji Rasidi )

KAPTEN ARH SUBARSO DANRAMIL 2018/ SUSUKAN



Kabupaten Cirebon-
Sejak masih kecil cita- citanya sebagai seorang prajurit TNI sudah terpatri, makanya setelah lulus sekolah Subarso langsung mendaftarkan diri sebagai seorang tentara, dirinya ingin berbakti kepada Nusa dan Bangsa melalui jalur TNI, jelasnya saat ditemui media ini di Makoramil 2018/ Susukan, Kab Cirebon, baru- baru ini.
Pria kelahiran kota Brebes, Jawa Tengah 7 Oktober 1955 ini masuk TNI tmt 1/1/1977 lewat jalur tamtama dengan kors Armed, setelah lulus pendidikan dirinya di tugaskan di Batalyon Armed -7 Jakarta.
Pada saat di tugaskan di batalyon Armed-7 Jakarta tersebut, Subarso selama setahun mendapat kehormatan untuk melakukan tugas operasi di Timor- Timur yakni dari Juni 1977 hingga Agustus 1978, kegiatan Operasi tersebut berjalan sukses dan dirinya mendapat penghargaan bintang Seroja. Ada hal yang unik pada saat di tugaskan di Timor- Timur apabila Subarso mendapat surat dari Kampung maupun dari temannya di Batalyon, pihaknya merasa senang dan gembira tidak pernah henti untuk membacanya berulang- ulang/ bolak- balik hingga terlihat lecek- lecek, jelas Kapten Subarso tersenyum.
Pria dengan motto, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin ini selanjutnya pada tahun 1978 mengikuti pendidikan Secaba, sepuluh tahun kemudian tepatnya pada 1988 dirinya mengikuti pendidikan Secapa TNI AD. Selanjutnya penggemar berat sepak bola ini di tugaskan di Pusat Kesenjataan Arhanud ( Pussenarhanud – red ) di Malang, Jawa Timur selama satu tahun yakni tahun 1989.
Pada tahun yang sama Subarso di tugaskan di wilayah Kodam III/ Siliwangi yakni di Batalyon Arhanudse-14, Plumbon, Kabupaten Cirebon sampai tahun 1996.
Pada tahun 1996 sampai 1997 Subarso diangkat menjadi Danramil 2019/ Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Atas keberhasilannya sebagai Danramil 2019/ Arjawinangun Subarso di percaya menjadi Ketua Koperasi Kodim 0620/ Kab Cirebon dari tahun 1998 sampai 2000 di Sumber.
Lepas dari jabatan ketua Koperasi Kodim 0620/ Kabupaten Cirebon, Subarso selanjutnya diangkat menjadi Danramil 2020/ Gegesik tahun 2000 sampai 20004, Danramil 2001/ Cirebon Utara tahun 2004 hingga 11/2006, Danramil 2016/ Palimanan dari November 2006- Juli 2009, dan kini di percaya menjabat Danramil 2018/ Susukan.
Selain tugas Operasi Subarso juga pernah mengikuti AMD ke-X di Pekanbaru, Riau 1983, sedangkan Bintang jasa yang dimiliki dinataranya adalah Bintang Seroja, Satya Lencana Nararya, Satya Lencana 8, 16, dan 24 tahun. ( Aji Rasidi )

KAPTEN KAV ZUHRI SIAP DI TEMPATKAN DIMANA SAJA



Indramayu
Sebagai seorang anggota Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) terlebih berpangkat perwira, pindah tugas dan jabatan merupakan suatau hal yang wajar. Disamping untuk karir perwira itu sendiri maupun sebagai salah satu tour of duty dan tour of are.
Hal tersebut di alami kapten Kav Zuhri, perwira kelahiran Kayu Agung, Sumatera Selatan 10 februari1964 yang banyak bertugas di lapangan ini, pada tmt 1 januari 2009 dipercaya oleh pimpinan untuk menjabat komandan security fiel Jatibarang region Jawa, Mundu, Kab Indramayu
Saat terpilih untuk bertugas di pertamina tersebut, Kapten Zuhri mengaku terharu, dan siap untuk melaksanakan tugas yang diembannya. Keluarga Zuhri pun mendukung penuh jabatan yang barunya ini.
Karirnya militer sebagai anggota TNI AD dimulai di Batalyon Kav 1 Kostrad, Cijantung, Jakarta dari 1985 sampai 1997. Selepas dari pasukan tempur Zuhri dipindah ke territorial dan di tempatkan di staf pers Korem 051/ Wijayakarta Kodam Jaya selama dua tahun yakni dari 1997 hingga 1999.
Selanjutnya karir istri Cucu kusmawati dan ayah Elsa kusmelinda 18 th pelajar SMA kelas 3 dan Elvera juwita 11 th pelajar kelas 6 SD, semakin cemerlang pimpinan TNI mempercayakannya pada lembaga pendidikan yakni untuk bertugas di Pusat pendidikan Kavaleri ( Pusdikkav ) Kodiklat AD, yang berlokasi di Padalarang, kab Bandung, dalam lembaga pendidikan tersebut Zuhri bertugas selama hampir enam tahun yakni dalam kurun 1999 sampai 2005.
Pada pertengahan 2005, tenaga Zuhri di butuhkan untuk ditugaskan di pulau Irian Jaya, yaitu di kesatuan Kodam XVII/ Trikora, selama hampir setahun lebih sampai 2006 Kapten Kav Zuhri dipercaya untuk menjabat Komandan Koramil Bade, Kab Mappi. Konon seperti di kemukakan penyuka empek- empek ini, daerah yang di tempatinya masih sangat terbelakang, karena berada di pedalaman, bahkan hutannya pun masih sangat perawan, kadang- kadang pada pagi hari matahari sangat sulit untuk dilihat, saking padat dan lebatnya pohon di sekitar.
Meskipun di tugaskan di daerah yang nun jauh dari keluarga dan sangat terbelakang dari pembangunan, pemegang Satya Lencana 8, 19 dan 24 tahun ini tetap semangat dan enjoy saja, tugas tersebut dilaksanakannya dengan sukses. Zuhri mampu menjalin keharmonisan dengan unsure Muspika Bade maupun dengan unsure- unsure lainnya. Bahkan saat mau bergegas pindah tugas kembali ke Jawa tidak sedikit masyarakat Bade yang menitikan air mata, seakan tidak rela untuk melepaskan salah satu Muspikanya pindah tugas.
Karena keberhasilannya bertugas didaerah konflik, selanjutnya pimpinan memberikan penghargaan pada peraih bintang Dharma Nusa tersebut untuk di tugaskan di Kab Cirebon tepatnya menjadi Danramil 2013/ Sumber, yang nota bene merupakan wilayah VVIV. Dan kini nasib mujur kembali datang Zuhri di tempatkan di pertamina. ( Aji Rasidi )

KAPTEN INF SARPIN



BANGUN PAGAR MAKO
Kabupaten Kuningan-
Markas Komando Rayon Militer ( Koramil- red ) Cilimus, kabupaten Kuningan yang terletak cukup strategis dan berada di jalur utama Kota Cirebon- kota Tasikmalaya kini ada yang berbeda, di mana halaman belakang Mako di servis total alias di bangun tembok keliling sepanjang hampir enam puluh dua meter dengan tinggi satu setengah meter secara permanen.
Menurut Danramil Cilimus Kapten Inf Sarpin kepada media ini di sela- sela kesibukannya sambil mengangkat batu bata, mengatakan tujuan dibangunnya tembok keliling di belakang mako salah satunya adalah untuk batas tanah, karena selama ini belum ada tembok jadi begitu transparan dan kelihatan dari luar, selain itu halaman belakang ini akan di bangun lapangan bulu tangkis pula, jelasnya gembira, di samping itu Pembangunan tembok ini di dasari sebagai salah satu ibadah, paparnya kembali.
Hasil monitor koran ini seluruh jajaran anggota Koramil Cilimus dari Danramil sendiri Kapten Inf Sarpin hingga seluruh anggota Koramil lainnya turun tangan bergotong royong bahu membahu, nampak terlihat Kapten Inf Sarpin membawa tumpukan batu bata dengan sersan Suud dari depan mako di gotong di bawa ke belakang, pun demikian dengan anggota- anggota yang lainnya, semua bersemangat bekerja untuk membenahi Mako.
Selain halaman belakang, halaman depan-pun tidak luput dari sentuhan tangan dingin Kapten Inf Sarpin, rencananya akan dilakukan pengecetan secara total, yah biar terlihat besih dan menarik saja, paparnya.
Memang kesibukannya kini bertambah, di samping dirinya tengah membangun tembok di belakang Mako, di wilayah teritorialnya juga tengah berlangsung kegiatan TMMD imbangan yang dipusatkan di Desa Cilimus aparat TNI bersama masyarakat membangun ( pengerasan/ Pangaspalan ) jalan tembus dari cipicung yang menuju ke Desa Bojong, sepanjang lima ratus tigapuluh meter dengan lebar empat meter, karena memang selama ini belum ada jalan tembus yang dapat di lalui kendaraan roda empat mudah- mudahan, dengan di bangunnya jalan tersebut dapat memperlancar perekonomian masyarakat sekitar, pungkas Kapten Inf Sarpin, penuh harap. ( Aji Rasidi )

KAPTEN INF ODING SETIADI



TMMD KE- 82 TAHUN 2009
Kabupaten Cirebon-
Kapten Inf Oding Setiadi, akhir- akhir ini kesibukannya bertambah padat, maklum daerah teritorialnya kini tengah menjadi sasaran TMMD ke- 82/ 2009, pun demikian pria murah senyum ini tetap semangat menjalankan tugasnya selaku Komandan Rayon Militer ( Koramil- red ) 2010/ Sindang laut, Kab Cirebon.
Pemegang bintang Dharma Nusa Aceh dan Dharma Nusa Irian Jaya tersebut saat di temui media ini di lokasi TMMD beberapa waktu lalu menjelaskan, sasaran kegiatan TMMD ke-82/ 2009 dilaksanakan di dua Desa yakni Ciawi Asih dan Pasawahan Kecamatan Susukan Lebak. Di kedua Desa tersebut sasaran yang dikerjakan adalah berupa sasaran fisik dan non fisik, di Desa Ciawi Asih sasaran fisiknya adalah pembuatan badan jalan sepanjang dua ratus meter dengan lebar tiga meter, papar pria kelahiran Kota Ciamis 6 September 1969 ini berapi- api.
Selain itu juga anggota TNI bersama warga masyarakat melakukan pengaspalan jalan sepanjang empat ratus meter kali dua setengah meter, pembuatan jembatan enam kali tiga meter dan pembuatan gorong- gorong sepanjang empat meter, jelas Kapten Inf Oding sambil tersenyum ramah.
Lebih jauh mantan Pasiops Kodim 0620/ Kab Cirebon, menegaskan sasaran- sasaran lainya adalah pembuatan drainase sepanjang seratus delapan puluh tiga meter lebih, pembuatan pos kamling tiga unit serta rehab rumah tidak layak huni sebanyak lima unit dan rehab musollah sebanyak dua unit, jelasnya.
Sedangkan di Desa Pasawahan sasarannya adalah melakukan rehab rehab rumah tak layak huni sebanyak dua unit, serta merehab mussollah sebanyak dua unit, dan membangun Pos Kamling, pungkas Kapten Oding.
Kapten Inf Oding Setiadi, sebelum di tugaskan sebagai Danramil 2010/ Sindang Laut tmt 3 November 2008, pernah di tugaskan di Kostrad, yakni di Yonif Linud-328/ Dirgahayu, Cilodong Bogor, selanjutnya pindah ke Brigif -17/ Kujang-1/ Kostrad, saat bertugas di Brigif tahun 1996 dirinya sempat di tugaskan di daerah Aceh, sedangkan di wilayah Kodam Jaya ia di tugaskan di Garnizun tap1/Jkt dari tahun 1997 hingga 1999.
Dari Jakarta, Oding selanjutnya pindah satuan ke Kodam III/ Siliwangi, yakni di Yonif 312/ Kala Hitam, Subang, pihaknya kembali di panggil ibu pertiwi untuk menjalankan tugas operasi di Aceh. Sepulang dari tugas operasi Oding kembali pindah satuan dan tempatkan di Yonif 310/ Kidang Kencana, Sukabumi dari 3003 sampai 2005, lagi- lagi Oding di berangkatkan untuk menjalankan tugas Operasi di Irian Jaya.
Dalam riwayat karirnya di dunia militer Kapten Inf Oding Setiadi sempat dipercaya untuk menjadi ADC/ ajudan panglima Divisi -1/ Kostrad sebanyak enam kali.
Yakni pertama menjadi ADC Pang Dif -1/ Kostrad Brigjen TNI SDT Sumendap, Brigjen TNI Sangiang Makmur Siregar, Brigjen TNI Kivlan Zein, Brigjen TNI Endiartono Sutarto hingga Brigjen TNI Adam Damiri, dan yang terakhir menjadi Ajudan Pangdam III/ Siliwangi Mayjen TNI Sriyanto. ( Aji Rasidi )

AKBP IR SISTOMO DIRPOLAIR POLDA JABAR


BEKERJA MAKSIMAL

Cirebon-
Nama AKBP Ir Sistomo, begitu melekat kental dengan institusi Kepolisian Perairan ( Polair ), sejak lulus Milsuk -II 1984/1985 hingga kini penugasannya selalu berada di wilayah perairan.
Pun demikian sebagai seorang pengabdi, pengayom dan pelayan masyarakat ini dalam menjalankan tugasnya selalu berhasil dengan kesuksesan yang gemilang, hingga pimpinan polri memberikan kpercayaan dan kehormatan selama dua kali jabatan untuk menjabat Direktur Kepolisian Perairan ( Dir Pol Air ) tingkat Polda.
Yakni pada paruh 2003 selama hampir lima tahun, pamen dengan menyandang melati dua di pundak ini menjabat Dir Pol Air Polda Sulawesi Tenggara di Kendari hingga November 2008, dan kini menjabat sebagai Dir Polair Polda Jabar yang Mako- nya berada di Kota Cirebon sejak November 2008.
Dalam penuturannya baru- baru ini di ruang kerjanya, perwira kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur 1955 ini mengatakan secara diplomatis bahwa fungsi dan peran PolAir diantaranya adalah melakukan patroli secara rutin di wilayah perairan, juga bertindak sebagai SAR manakala ada bencana maupun kejadian di perairan. Sekaligus juga mengadakan penyuluhan pada masyarakat pantai serta menegakkan hukum di perairan, jelas AKBP Ir Sistomo
Wilayah Polair Polda Jabar yang terbentang luas dari losari- hingga Karawang ( Pantura - red), maupun dari Pangandaran hingga Pelabuhan Ratu di Laut Selatan, jelas mempunyai perhatian yang serius, walaupun sekarang sangat minim sekali kejahatan, pun demikian pihaknya tetap waspada sebagai institusi penegak hukum di perairan tetap bekerja secara maksimal.
Masih menurut AKBP Ir Sistomo di banding kekuatan alutsista dan personil jelas belum memadai dengan cakupan luas wilayah kerja di Dit Polair Polda Jabar.
Namun demikian sama sekali tidak menjadi kendala, tetapi malah bertambah semangat dalam menjalankan tugas dan pengabdiannya terhadap negara dan bangsa, dapat di catat bahwa kekuatan kapal hanya 32 buah yang semuanya berukuran kecil, yang terbesar hanya tipe C-2 itu pun hanya dua buah, sedangkan jumlah personil hanya 250-an yang semestinya adalah 500 pers, jelas pamen senior ini berapi- api.
Dalam renstra 2010 pihaknya akan melakukan pengadaan kapal patroli untuk mencukupi kekurangan Kapal selama ini, termasuk juga penambahan personil dan pembangunan rumah dinas Dirpolair, yang lokasinya di komplek Mako.
Dalam karirnya di Kepolisian RI, AKBP Ir Sistomo sangat mulus dan cepat meroket sejak lulus Milsuk -II 1984/1985, dirinya langsung di tugaskan di Dit Polair Mabes Polri di Jakarta dari tahun 1985 sampai 1998. Pada saat di tugaskan di Polair Mabes Polri tersebut Sistomo sempat menyelesaikan pendidikan S-1 di STTAL.
Bahkan Pada 1996 pimpinan Polri menugaskannya di luar Negeri untuk tugas belajar yakni di Perancis untuk mendalami Ilmu radar. Selepas tugas belajar di Perancis Sistomo kembali ke tanah air dan di tugaskan di Pusat Pendidikan Pol Air untuk menularkan ilmu- ilmu -nya kepada juniornya hingga paruh 2003.
Berkat prestasi dan dedikasinya yang luar biasa pimpinan Polri memberikan kepercayaan untuk menjabat Direktur Pol Air Polda Sulawesi Tenggara dari tahun 2003 sampai November 2008.
Atas prestasi yang gemilang saat di tugaskan di Sulra, pria murah senyum ini kembali di beri kepercayaan oleh pimpinan Polri untuk menjabat Direktur Pol Air Polda Jawa Barat pada November 2008 menggantikan AKBP I Wayan Supartha Sik. ( Aji Rasidi )

LETKOL CZI MOH MOKSIT http://www.blogger.com/img/blank.gifDANDIM MAJALENGKA

Kab Majalengka-
Pria ramah kelahiran Madura lima puluh enam tahun lalu tersebut, yang sehari hari bertugas sebagai Dandim Majalengka, Rem 063/ SGD Cirebon ini, menceritakan sekilas tentang tugas yang pernah di embannya, saat menjadi letda hingga Kapten pernah ditugaskan untuk menjadi instruktur di SecapaAD dari tahun 1983 hingga 1990, selanjutnya jabatan- jabatan strategi lainnya di pegang dipundaknya diantaranya adalah dipercaya oleh pimpinan untuk menjadi Komandan Detasemen Zeni Pembangunan ( Denzibang ) III/3 Cirebon dari 1998 sampai 2000.
Selepas menjabat Dandenzibang III/3 Cirebon, pria yang dikenal dekat dengan kalangan wartawan ini di tugaskan di Kodam III/ Siliwangi untuk menjadi Pabandya Jaslog hingga tahun 2004, dari jabatan pemantapan tadi Letkol Czi Moksit selanjutnya diberi amanah oleh pimpinan TNI untuk bertugas menjadi Kepala Seksi Logistik Korem 063/ Sunan Gunung Djati Cirebon.
Nasib baik kembali menimpa pada diri pria humoris ini dimana sebentar lagi jabatannya akan di promosikan untuk menjadi Dandim Majalengka. Ditempat barunya nanti Letkol Moksit akan menjalin hubungan silaturahmi dengan semua unsur, baik pemerintah daerah, tokoh masyarakat, tokoh ulama, tokoh pemuda dan seluruh komponen lainnya, tegasnya sambil tersenyum. ( Aji R )

AKP ACEP MULYANA KAPOLSEK BEBER

Kabupaten Cirebon-
Sebagai kapolsek Beber dirinya juga akan meningkatkan kemitraan dengan semua komponen, baik dengan muspika, maupun masyarakat yang ada di wilayahnya, lebih jauh lagi dirinya akan selalu melakukan musyawarah, karena dengan musyawarah semua persoalan akan dapat di selesaikan, papar AKP Acep Mulyana.
Sebelum menjabat Kapolsek Beber, AKP Acep Mulyana, pernah menjadi Kapolsek Sumber Jaya, Kab Majalengka 2001-2002, selanjutnya di tunjuk menjadi Kapolsek Klangenan, Kab Cirebon dari th 2002 s/d 2003, dari Klangenan karir AKP Acep semakin mulus saja, kemudian di tempatkan di Polres Cirebon, terhitung sejak Juni 2005 AKP Acep Mulyana dipercaya untuk menjadi Kapolsek Losari yang nota bene polsek paling sibuk karena arus lalu-lintas yang begitu ramai, jabatannya berakhir hingga ia pindah ke Beber pada Juni 2008.
Pria kelahiran kota santri Tasikmalaya 1964 ini karena prestasinya kerap kali di tunjuk menjadi Kapolsek, baik di Polres Majalengka maupun di jajaran Polres Cirebon, bahkan saat masih bertugas di Tasikmalaya dan berpangkat bintara, dirinya diangkat pula menjadi kapolsek, menurut pria yang terkesan kalem ini mungkin saat itu pama polri masih sangat kurang, jadi bintara pun bisa juga jadi Kapolsek, tegasnya ramah.
Terkait tugasnya di Beber, AKP Acep Mulyana mengatakan bahwa dirinya punya kewajiban untuk membuat kamtibmas menjadi kondusif diwilayanya, selain itu kamtibmas tidak hanya menjadi tanggung jawab polri semata, namun tugas semua komponen masyarakat, intinya adalah keamanan harus diciptakan bersama, tegasnya sambil tersenyum. ( Aji R )

AKP SUDIYONO KAPOLSEK KADUGEDE



Kab Kuningan -
Semenjak lulus secaba dari SPN Purwokerto, Polda Jateng pada 1983, dan menyandang pangkat Sesan Dua. Sudiyono muda langsung di tempatkan di Polda Jawa Barat tepatnya di Polres Indramayu, polwil Cirebon, karir bintaranya banyak di habiskan di kota Mangga tersebut, sampai dirinya mengikuti pendidikan Secapa Polri Sukabumi.
Setelah menjadi seorang perwira pertama dengan pangkat Letda pol, Sudiyono di tempatkan di daerah Banten, dimana pria berkumis ini empat kali di percaya oleh pimpinan Polri untuk menjabat Kapolsek yakni dari Kapolsek Baros, Pamorayan , Petir hingga Kasemen.
Setelah hampir tujuh tahun lebih, bertugas di daerah Banten pria kelahiran Kudus 30 Agustus 1962 ini pindah ke Polres Kuningan dan di tempatkan untuk menjadi Kapolsek Garawangi. Di Kota Kuda Kuningan ini Sudiyono langsung cepat, akrab dengan semua komponen baik dengan tokoh masyarakat, Agama maupun Pemuda. Empat tahun dijalaninya dengan mulus selaku Kapolsek Garawangi terhitung sejak 2004 hingga Juni 2008.
Selanjutnya setelah mengemban tugas selaku Kapolsek Garawangi usai, dengan menyandang pangkat AKP ( Ajun Komisaris Polisi- red ) Sosok peramah namun tegas ini di tugaskan untuk menjabat Kapolsek Kadu Gede menggantikan AKP Heriyana yang di mutasi ke Ciawi.
Seperti dikemukaannya kepada dwitaka, Wilayah Kamtibmas Kadu gede terbilang sangat kondusif belum pernah ada keladian yang berarti, bahkan di katakana nihil kejadian, tegas AKP Sudiyono. Daerah di wilayah hukumnya sangat kondusif, berbeda dengan daerah pantura, masih menurutnya lagi ," di sini kriminalitas tidak ada, disini daerahnya sangat kondusif, pun demikian kita tetap waspada tidak boleh lengah," tegas Sudiyono mantap.( Aji R )

IPTU POL IMAM RAHARDJO


KAPOLSEK ( PERS ) PASAWAHAN, KAB KUNINGAN
Kabupaten Kuningan -
Wilayah Polsek ( persiapan ) Pasawahan, Kab Kuningan yang membawahi sepuluh desa daerah yang berada di kaki Gunung Ciremai ini sangat tenang dan kondusif.
Walaupun wilayahnya begitu aman dan terkendali, selaku penanggung jawab keamanan di wilayahnya, Kapolsek ( pers ) Pasawahan Iptu Pol Imam Rahardjo, tidak mau kecolongan, pihaknya selalu siap siaga dan memonitor keadaan, bahkan kerap kali Kapolsek berambut ikal ini sering tidur dikantornya walaupun hanya dengan menggelar tikar saja ,” bahkan saya sering tidur dikantor, meskipun tidurnya hanya dengan menggelar tikar,” tegas Iptu pol Imam Rahardjo, bersemangat kepada Dwitaka baru- baru ini di kantornya yang sempit.
Penyandang bintang jasa nararya dua puluh lima tahun ini menambahkan, walaupun sarana dan prasarana di kantornya belum begitu memadai bukan alasan untuk tidak bertugas secara maksimal tetapi diri dan seluruh anggota Polsek Pasawahan semakin bersemangat demi kondusif di wilayah tugasnya, bahkan pihaknya berusaha keras untuk membuat warga Pasawahan lebih nyenyak tidurnya, tegas pria kelahiran 3 Mei 1952 ini mantap.
Kapolsek Iptu Pol Imam Rahardjo menghimbau kepada para warga masyarakat Pasawahan untuk selalu menjaga ketertiban, persatuan dan kesatuan dilingkungannya agar tercipta sebuah situasi yang kondusif dan harmonis, karena tugas keamanan tidak hanya tanggung jawab polri semata namun tugas semua pihak termasuk kalangan masyarakat, tegasnya.
Demi lancarnya pelayanan kepada masyarakat, dirinya kini membangun sebuah ruang/ kamar tambahan untuk reskrim,” yah biar pelayanan kepada masyarakat lebih lancar dan cepat mas..,” papar Imam kepada dwitaka. ( Aji R )

MAYOR INF B NASUTION



KAKANMINVETCAD III/13 KAB. CIREBON

Kabupaten Cirebon-
Apabila kita melintas ke arah Komplek Perkantoran Pemkab Cirebon via pasar Sumber, maka akan terlihat Kantor Administrasi Veteran dan Cadangan III/13 ( Kanminvetcad III/13 ) Kab Cirebon, kantor yang terletak persis di jl. Kartika no.89 Sumber ini, setiap harinya tidak pernah sepi karena didepan kantor tersebut terdapat pasar tumpah, yang hampir setiap hari kebanjiran penjual dan pembeli.
Menurut Kepala Kanminvetcad III/13 Kab Cirebon, Mayor Inf B. Nasution, Instansi yang dipimpinnya mempunyai tugas dan fungsi mengurusi para pejuang dan pembela Kemerdekaan Republik Indonesia, untuk mendapatkan gelar kehormatan dari Negara. Masih menurut pria yang suka humor ini, yang tergolong dalam pejuang Kemerdekaan adalah orang yang pernah tergabung dalam Badan Keamanan Rakyat ( BKR ) maupun Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ), sementara yang masuk kategori pembela kemerdekaan Republik Indonesia adalah orang yang pernah terlibat Operasi/ ditugaskan di daerah Operasi, seperti Operasi Trikora di Irian Jaya, Dwikora ataupun yang pernah terlibat dalam Operasi seroja Timor- Timur tahun 1975- 1976.
Mayor Inf B. Nasution, juga menjelaskan jumlah pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia di Kabupaten Cirebon, yang masih hidup hingga saat ini berjumlah empat ratus tujuh puluh satu orang, dan semuanya sudah sepuh. Pria kelahiran Tapanuli Selatan 6 Juli 1957 yang pernah ditugaskan di Timtim ini, berharap agar pemerintah segera menerbitkan surat keputusan gelar kehormatan dari Negara, karena masih ada dua ratus sembilan puluh enam pejuang Kabupaten Cirebon yang belum keluar SK nya untuk mendapatkan gelar kehormatan tersebut, tegas Mayor Inf B Nasution ini penuh harap.
Mayor Inf B. Nasution juga mengatakan struktur Organisasi Kantor Minvetcad III/13 Kab Cirebon ini, membawahi Urusan Cadangan yang sekarang kaur- nya di pegang Kapten Inf K Pasaribu, serta Urusan Veteran kaurnya seorang PNS gol III, sementara Karegring kini dijabat Kapten CKU Dasman, sedangkan jumlah keseluruhan personil di kantornya terdapat dua puluh satu personil, yang mestinya dua puluh sembilan personil, jelas Mayor Inf B. Nasution.
Biodata singkat, Mayor Inf B. Nasution lahir Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 6 Juli 1957, masuk TNI AD tahun 1976 dengan pangkat Prada ( Tamtama- red ), selesai pendidikan B. Nasution muda, ditugaskan di Yonif 131/ Braja Sakti, Payakumbuh dari 1976 s/d 1983, selanjutnya ditugaskan ke Yonif 133/ Yudha Sakti, 1984 s/d 1986.
Selanjutnya B. Nasution di perbantukan ke Yonif 122/ Tombak sakti, Pematang Siantar untuk mengikuti operasi di beberapa daerah rawan. Setelah lama tugas didaerah kelahirannya pria ramah ini, di tugaskan di Pulau Jawa, yakni di Yonif 321/ Galuh Taruna, Kostrad Majalengka dengan jabatan Danton hingga Kasi III/ Personil 1991-1998, setelah itu pindah ke teritorial yakni di tugaskan sebagai Pasiops Kodim 0615/ Kab Kuningan 1998- 1999, selanjutnya menjabat Danramil 1607/ Sliyeg, Kab Indramayu 2002, Kabintal Korem 163/ Sunan Gunung Jati Cirebon 2001- 2002, Pelaksana harian
( palakhar) hingga Pjs Kakanminvetcad III/13 kab Cirebon, dan sejak tahun 2007 dipercaya untuk memimpin di Kantor yang sama.
Pria dengan pangkat melati satu dipundak ini mempunyai seorang istri ny. Ida Harahap dan dua orang putra yang sudah dewasa dr. Rusdi Anwar dan Herry Sulaiman, Mhs UIN Yogyakarta. ( Aji R )